Bismillahirrahmanirrahim
Pada Islam ke 1 ini, seorang hamba mengenal Allah baru sekedar asma saja
tetapi belum mengenal sejatinya Allah, kebanyakan orang yang berada pada
pemahaman ini menjalankan ibadah kepada Allah sesuai apa adanya yang tersurat,
berdasarkan apa yang tertulis saja dan telah diyakini kebenarannya. Pemahaman
ini diikuti kebanyakan orang karena mengikuti ajaran leluhur/ pendahulu atau
orang tuanya. Pada posisi Islam ke-1 ini kebenaran dan kekuatan serta kebesaran
Islam belumlah nampak, karena pada posisi ini Islam masih berbentuk golongan
atau aliran/ firqoh, padahal bentuk Islam sesungguhnya adalah Islam yang Tauhid,
Islam yang satu tidak berpecah belah.
Contohnya seorang hamba yang lahir di keluarga atau lingkungan yang beraliran Islam A dia akan menjadi hamba yang beraliran Islam A, ada lagi hamba yang lahir di keluarga yang beraliran B dia akan tumbuh dan berkembang pada Islam yang beraliran B, dst.. Dan apabila golongan-golongan itu dipertemukan tidak akan pernah dapat mufakat, karena setiap golongan memiliki dalil-dalil sendiri untuk menguatkan argumentasi kebenaran aliran atau golongannya, sehingga kemungkinan terbesar yang timbul adalah Pembenaran ajaran terhadap diri sendiri, akibatnya timbullah fanatisme terhadap aliran.
Contohnya seorang hamba yang lahir di keluarga atau lingkungan yang beraliran Islam A dia akan menjadi hamba yang beraliran Islam A, ada lagi hamba yang lahir di keluarga yang beraliran B dia akan tumbuh dan berkembang pada Islam yang beraliran B, dst.. Dan apabila golongan-golongan itu dipertemukan tidak akan pernah dapat mufakat, karena setiap golongan memiliki dalil-dalil sendiri untuk menguatkan argumentasi kebenaran aliran atau golongannya, sehingga kemungkinan terbesar yang timbul adalah Pembenaran ajaran terhadap diri sendiri, akibatnya timbullah fanatisme terhadap aliran.
Dan bila hamba Allah masih menjalankan pemahaman (Islam ke 1) ini untuk
sarana beribadahnya kepada Allah SWT, kemungkinan Islam untuk bangkit menjadi
Khalifah fil Ardhi sangat kecil, bahkan tidak mungkin karena tidak adanya
Persatuan. Padahal di dalam Islam diwajibkan untuk berjamaah mengikuti satu
komando dari Imam. Masya Allah agama lain saja yang bukan Islam memiliki satu
komando di seluruh dunia. Tetapi Islam yang mengenal ada Imam dalam tata cara
beribadahnya kepada Allah justru tidak memiliki Imam. (mari kita renungkan dan dipahami agar mengerti, bukan untuk
diperdebatkan).
Bismillahirrahmanirrahim
(Islam ke – 2)
Dalam kesunyian kutemui diri-MU, dalam
kehampaan dan kekosongan kurasakan kuasa-Mu, dan dalam kenyataan kulihat
kebesaran-MU
Pada Islam ke-2 ini, hamba Allah mulai mengadakan pencarian terhadap
sejatinya Allah, tuntutan hatinya menginginkan yang lebih daripada sekedar yang
tersurat atau tertulis, sehingga dengan kekuatan hati dan batinnya, hamba Allah
ini mulai mengadakan pencarian terhadap Allah. Pada posisi ini hamba Allah
mulai agak bijaksana dalam memahami tentang Islam, karena dia mulai menyadari
bahwa Islam tidak layak untuk diperdebatkan, tetapi untuk dinyatakan
kebenarannya dengan cara yang baik dan benar pula.
Hamba Allah yang sudah masuk pada tahap Islam ke 2 ini dia sudah mulai
bisa menahan emosinya, dan tidak mau menggunakan dalil-dalil untuk berdebat,
tetapi lebih khusuk dalam mencari hakikat kebenaran dari dalil yang tersurat/
tertulis. Pada posisi ini (Islam ke 2) hamba Allah lebih banyak berdiam diri
dan menahan diri untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam daripada yang
tertulis atau tersurat.
Bila hamba Allah khusu’ dan Ikhlas dalam pencariannya kepada Allah, insya
Allah akan bertemu dan mendapatkan makna yang tersirat dari yang tersurat/
tertulis secara benar sebagaimana hakikat kebenaran dari Allah.
Bismillahirrahmanirrahim
(Islam ke – 3)
Cukuplah aku menjadi hamba-Mu yang selalu ingat dan
menjalankan apa yang telah aku ikrarkan di hadapan-Mu ketika aku bersumpah, berjanji
setia untuk menjadi hamba-Mu yang Terpuji (Muhammad)
Pada tahap Islam ke 3 ini, hamba Allah sudah bertemu dengan Allah dan
diajarkan hakikat yang sebenarnya melalui utusanNya dari apa yang tertulis dan
tersurat, dan pada posisi inilah seorang hamba Allah telah membuat perjanjian dengan
Allah untuk menjadi hamba Allah yang terpuji (Muhammad) bukan menjadi nabi
Muhammad, bukankah arti Muhammad adalah Manusia
yang terpuji. Mulailah hamba Allah berjalan dan berbuat dengan keIslamannya
yang Tauhid, karena pada posisi Islam ke 3 ini, hamba Allah sudah memandang
Islam bukan sebagai Aliran lagi tapi
Islam sudah merupakan Lautan, yang merupakan asal dan
kembalinya Aliran. Hanya Lautan yang mampu menampung segala Aliran. (mohon untuk direnungkan, dipahami agar
mengerti bukan untuk diperdebatkan)
Hamba Allah yang sudah sampai kepada Islam tahap ke 3 ini perilaku dan
perbuatannya sudah sangat bijaksana, tidak ada lagi perbedaan dalam memandang
Islam, Islam sudah Tauhid, lurus dan benar untuk dijalankan sebagai Rahmatan
lil ‘alamin.
Bismillahirrahmanirrahim
(Islam ke – 4)
Di setiap hembusan nafasku ku ingin slalu dalam
rengkuhan : kasih sayang-MU, indah-Mu, kelembutan-Mu dan damai-MU
Menjadikan hari ini adalah keberuntungan, hari esok adalah
kebahagiaan dan
hari kemudian dalam kemuliaan
Pada tahap Islam ke 4 ini hamba Allah sudah bergerak dan berbuat sesuai
kehendak Allah yang penuh kasih sayang, segala hal yang diperbuatnya
semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Sehingga tampillah hamba
Allah ini menjadi Muhammad (manusia yang terpuji) yang baik hati dan
perbuatannya (mumpuni) sesuai dengan perjanjiannya kepada Allah SWT. Dan pada
tahap Islam ke 4 inilah hamba Allah –hamba Allah bisa menata dan mengatur
semesta alam (Khalifah fil Ardh), karena sudah tidak ada lagi yang merasa lebih
benar atau lebih hebat, semuanya berbuat hanya untuk mendapatkan keridhaan
Allah dan ketentraman semesta Alam.
(Yang jadi
pertanyaan posisi kita saat ini sebagai hamba Allah ada pada tahap Islam yang
ke berapa?)
Hanya
Muhammad (Manusia yang terpuji) yang bisa diberi amanah dan menjalankan Amanah.
Karena
hanya Muhammad (Manusia yang terpuji Lah) yang gemar mengerjakan perbuatan amal
Sholeh.
(Sesungguhnya
Aku (Allah) wariskan bumiKu ini hanya untuk
hamba-hambaKu yang Sholeh)
Dan
hanya Muhammad (Manusia yang terpuji Lah) yang shalat, ibadah, hidup dan
matinya hanya untuk Allah.
(Sesungguhnya
Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia hanya untuk beribadah kepadaKu)
Catatan
:
Tahap 1 ;
Nabi Muhammad kenal asma Allah dari
Lingkungannya (sudah ada agama sebelum Islam)
Tahap 2 :
Nabi Muhammad mencari Allah ke Gua
Hira
Tahap 3 :
Nabi Muhammad bertemu Jibril
(Utusan Allah) mendapatkan hakikat Ilmu yang sesungguhnya.
Tahap 4 :
Nabi Muhammad menjalankan Ilmu
Allah yang sebenarnya untuk Rahmatan lil ‘alamin
Selanjutnya harapan saya semoga tulisanku ini bermanfaat dan apabila ada
salah kata dalam penulisan atau penyampaian mohon dimaafkan, tidak ada tujuan
lain dalam tulisan ini, semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT dan
mengharapkan RidhaNya.
Alhamdulillahirrabbil’alamin
30 Januari 2013
Putra Rakyat Jelata
Abdullah Soim Utomo
No comments:
Post a Comment